Melihat skala dan besarnya aktivitas perusahaan, pembangunan kantor yang lebih representatif di Padang pun dilakukan. Proyek ini melibatkan seorang arsitek kenamaan yang banyak meninggalkan jejak arsitektur kolonial di Indonesia: Frans Johan Louwrens Ghijsels.
Ia adalah pendiri Biro Arsitek AIA (Algemeen Ingenieur Architectenbureau) yang juga merancang Stasiun Jakarta Kota dan beberapa gedung pemerintahan di Batavia.
Meski Ghijsels merancang beberapa gedung Geo Wehry di kota lain, pembangunan gedung di Padang dikerjakan oleh pihak lain, di bawah pengawasan Mr. Viersen. Gedung Geo Wehry di Padang resmi digunakan mulai 6 November 1920.
Antara Bisnis dan Kehidupan Kota
Peran Geo Wehry di Padang tidak hanya soal urusan dagang. Firma ini juga membuka layanan peminjaman uang bagi masyarakat, sebuah layanan yang tercatat dalam majalah Berniaga tahun 1930. Masyarakat bisa mengajukan pinjaman, lalu melunasinya lewat bank menggunakan cek atau uang tunai.
Selain itu, perusahaan ini juga aktif dalam kegiatan sosial, termasuk memberi sumbangan untuk undian pasar malam dan perlombaan dayung di Sungai Batang Arau yang diselenggarakan oleh perkumpulan dayung etnis Tionghoa.
Dalam berbagai arsip surat kabar zaman kolonial, terlihat jelas bahwa Geo Wehry adalah pemain besar yang tidak hanya berdampak secara ekonomi, tetapi juga punya pengaruh dalam kehidupan masyarakat perkotaan.
Gedung yang mereka bangun pun menjadi simbol kehadiran mereka—besar, modern, dan kokoh. Bahkan, saat baru dibuka, gedung Geo Wehry di Padang disebut sebagai salah satu yang paling megah di kota ini.