Rizal (38), salah satu warga yang setiap hari melewati jembatan di atas Sungai Batang Anai untuk pergi berdagang, kini menghindari rute tersebut.
“Kalau tidak ramai, saya pilih mutar. Saya masih trauma. Bayangan potongan tubuh di air itu tidak bisa hilang dari kepala,” ujarnya.
Bukan hanya para pekerja, ibu rumah tangga dan anak-anak juga menjadi bagian dari warga yang terkena dampak psikologis dari kejadian ini.
Ani (42), ibu dua anak, kini melarang anak-anaknya bermain di tepi sungai sebagaimana biasanya.
“Biasanya anak-anak main air di sini. Sekarang saya larang. Bahkan untuk mencuci pakaian pun saya ke rumah saudara. Takut kalau tiba-tiba lihat potongan tubuh lagi. Ngeri sekali rasanya,” tuturnya.
Sementara itu, data dari kepolisian menunjukkan bahwa sepanjang Januari hingga Februari 2025, terdapat sedikitnya 13 kasus kekerasan seksual terhadap anak di wilayah Padang Pariaman.
Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasat Reskrim) Polres Padang Pariaman, Iptu AA Reggy mengimbau warga agar tidak takut melapor jika mengetahui atau mengalami tindakan serupa.
“Kami minta masyarakat untuk berani melapor. Identitas pelapor akan kami lindungi dan kasus akan diproses sesuai hukum yang berlaku,” tegas Reggy kepada wartawan, Selasa (24/6).