Sumbarkita – Di tengah menjamurnya kafe modern di Kota Padang, sebuah warung kopi bernama Warkop Nangkring 99 menarik perhatian dengan konsep yang berbeda. Mengusung semangat tradisional ala angkringan, tempat ini memadukan cita rasa klasik dengan nuansa modern yang nyaman, terutama bagi kalangan dewasa dan para pencinta kopi.
Manajer Warkop Nangkring 99, Iin, menjelaskan bahwa konsep angkringan diadopsi dari budaya kuliner khas Jawa yang identik dengan kesederhanaan, keakraban, dan suasana santai.
“Kami ingin mempertahankan cita rasa tradisional seperti di angkringan, tapi tetap menghadirkan suasana modern yang nyaman. Karena itu, kami menyebutnya traditional taste, modern vibes,” ujar Iin.
Berlokasi di Jl. Terandam No.25A, Sawahan, Kecamatan Padang Timur, Kota Padang, Warkop Nangkring 99 menghadirkan ruang bersantai yang hangat dan terbuka untuk semua kalangan. Tempat ini beroperasi setiap hari pukul 10.00 pagi hingga 10.00 malam, memberi ruang bagi pengunjung menikmati suasana santai dari siang hingga malam.
Nama “Nangkring 99” sendiri terinspirasi dari konsep angkringan yang populer di Bandung dan Jawa. Angka 99 memiliki makna khusus bagi pemiliknya—diambil dari tahun pernikahan orang tua sang pemilik, sekaligus melambangkan Asmaul Husna yang bermakna kebaikan dan keberkahan.
Tempat ini menyediakan dua area utama, yaitu outdoor dan indoor, dengan dekorasi bernuansa klasik yang menonjolkan kesan nostalgia. Selain area duduk yang nyaman, pengunjung juga dapat memanfaatkan ruang baca, mushola, kamar mandi, serta area parkir yang luas dan bersih.
Salah satu menu yang menjadi favorit pelanggan adalah Ayam Kemangi, sajian ayam goreng dengan sentuhan daun kemangi yang memberikan aroma segar dan rasa khas. Menu ini menjadi andalan yang sering dipesan, terutama oleh pengunjung yang datang sore hari untuk menikmati waktu santai sambil berbincang.
Dengan konsep unik dan pelayanan yang ramah, Warkop Nangkring 99 tidak hanya berperan sebagai tempat menikmati kopi, tetapi juga sebagai ruang pertemuan sosial yang hangat dan egaliter.
“Kami ingin setiap orang yang datang ke sini merasa seperti di rumah sendiri,” tambah Iin. (qodri)
















