Kabarminang – Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di sejumlah wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota telah memasuki hari kelima pada Senin (21/7/2025). Upaya pemadaman masih terus dilakukan oleh tim gabungan dari berbagai unsur, di tengah berbagai tantangan yang dihadapi di lapangan.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lima Puluh Kota, Rahmadinol, menyatakan bahwa musim kemarau panjang yang berlangsung sejak Mei hingga Juli 2025 menjadi pemicu utama terjadinya karhutla.
“Sejak awal kejadian, kami langsung mengaktifkan Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB) dan melakukan koordinasi dengan pihak nagari serta instansi terkait,” ujar Rahmadinol, Senin.
Menurutnya, respons cepat sangat penting untuk meminimalisasi penyebaran api ke wilayah yang lebih luas. Oleh karena itu, berbagai elemen pemerintah dan masyarakat dilibatkan secara aktif dalam proses penanganan bencana ini.
Tim gabungan yang dikerahkan mencakup personel dari BPBD, Dinas Pemadam Kebakaran, Dinas Kesehatan, Dinas Perhubungan, Satpol PP, UPT KPHL Provinsi Sumatera Barat, Kodim 0306, Polres Payakumbuh, Polres Lima Puluh Kota, PDAM, serta Manggala Agni dari Jambi.
Tidak hanya dari unsur pemerintah, relawan, perangkat nagari, hingga masyarakat setempat pun turut ambil bagian dalam proses pemadaman dan penanganan karhutla di wilayah mereka.
Upaya yang dilakukan meliputi pengecekan ke titik-titik api, pendataan wilayah terdampak, pemadaman langsung di lokasi, serta pendokumentasian dan pelaporan berkala ke Pusdalops PB.
Ada 10 kecamatan terdampak kebakaran, namun enam kecamatan yang masih dilaporkan mengalami kebakaran aktif antara lain Kecamatan Harau, Suliki, Mungka, Akabiluru, Payakumbuh, dan Pangkalan Koto Baru. Pemadaman di wilayah-wilayah tersebut terus dilakukan secara bergiliran dan bergantian.