Kabarminang — Sebanyak 12.000 ton cangkang sawit di Sumatera Barat (Sumbar) lolos uji karantina untuk diekspor ke Jepang. Nilai ekspor tersebut mencapai USD 960.000.
Informasi itu disampaikan oleh Kepala Balai Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan Sumatera Barat (Karantina Sumbar), RM Ende Dezeanto. Ia mengatakan bahwa pihaknya telah melakukankan serangkaian tindakan karantina yang ketat untuk memastikan produk memenuhi persyaratan negara tujuan. Ia menjelaskan bahwa proses dimulai dengan pengambilan sampel langsung di gudang penyimpanan perusahaan eksportir.
“Sampel yang diambil dibawa ke laboratorium karantina untuk menjalani pemeriksaan dan pengujian. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memastikan PKS bebas dari organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) yang dapat membahayakan sektor pertanian negara tujuan,” ujar Ende dalam keterangan tertulis pada Selasa (23/9).
Ende melanjutkan bahwa tahap akhir karantina melibatkan pengawasan pemuatan ke dalam kapal di Pelabuhan Teluk Bayur, Padang. Ia mengatakan bahwa petugas karantina hadir untuk memastikan tidak terjadi kontaminasi selama proses bongkar muat dan bahwa produk yang dimuat sesuai dengan yang telah lolos pemeriksaan.
Ende menginformasikan bahwa ekspor cangkang sawit itu merupakan kegiatan rutin yang difasilitasi Balai Karantina Sumbar. Pihaknya bertugas untuk memastikan kelancaran ekspor dengan tetap mengedepankan aspek keamanan dan kualitas produk, sesuai dengan standar karantina internasional.
Ekspor cangkang sawit asal Sumbar, kata Ende, secara rutin dilakukan melalui Pelabuhan Teluk Bayur. Ia menyebut bahwa negara tujuan utama ekspor komoditas itu selain Jepang ialah Korea Selatan.
“Cangkang sawit dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan (biomass) untuk pembangkit listrik di kedua negara tersebut,” tuturnya.
Ende menambahkan bahwa keberhasilan ekspor itu tidak hanya memberikan kontribusi devisa negara, tetapi juga menggerakkan roda perekonomian daerah, khususnya bagi pelaku usaha di sektor perkebunan sawit di Sumbar.