Wali Nagari Koto Rawang, Derijol, mengatakan bahwa kedua warga itu bernama Nurhayati (46) dan Dini Ermawati (19). Ia menyebut bahwa keduanya merupakan ibu dan anak.
“Mereka terjatuh saat melewati jembatan itu dengan sepeda motor sepulang dari Pasar Sago. Mereka terjatuh diduga karena hilang kendali sebab lebar jembatan hanya satu meter dan tidak ada pembatas di kiri kanan jembatan,” ujarnya.
Setelah keduanya terjatuh ke Sungai Batang Salido, kata Derijol, sejumlah warga mengevakuasi kedua korban dari sungai dan membawa mereka ke RSUD M. Zein.
“Nurhayati masih hidup ketika terjatuh ke sungai. Dia meninggal saat dirawat di RSUD. Sementara itu, anaknya dirujuk ke RSUP M. Djamil Padang,” ucapnya.
Derijol menerangkan bahwa jembatan itu merupakan jembatan darurat yang dibuat oleh warga setelah banjir besar melanda Nagari Koto Rawang pada Maret 2024. Ia mengatakan bahwa jembatan itu awalnya merupakan jembatan gantung sepanjang 50 meter dengan lebar 2,5 meter. Ia menyebut bahwa jembatan itu hanyut disapu banjir.
Jembatan Koto Rawang, kata Derijol, merupakan satu-satunya jalan yang digunakan warga nagari itu menuju tempat lain, seperti Salido Saribulan, Sago, dan Painan. Ia mengatakan bahwa jembatan itu menghubungi Koto Rawang dengan Nagari Salido Saribulan.
Derijol menyampaikan bahwa setelah banjir Maret 2024 melanda, warga berharap Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan membangun jembatan permanen sebagai pengganti jembatan gantung yang hanyut dibawa banjir. Ia menerangkan bahwa warga menginginkan jembatan permanen agar jembatan itu bisa dilalui alat berat untuk mengaspal jalan di Koto Rawang. Selama ini, kata Derijol, jalan Koto Rawang tidak pernah diaspal.
“Jalannya rabat beton, yang banyak lubang,” ucapnya.